Oleh: Tri Ayodha Ajiwiguna
Dalam bi&g energi terbarukan, energi dalam bentuk energi kalor (panas) lebih sering tersedia dibandingkan dengan sumber energi bentuk lain. Radiasi kalor matahari, panas bumi, panas laut, & pembakaran bioenergi merupakan bebrapa jenis energi terbarukan dalam bentuk kalor. Jenis energi ini sanggup pribadi dikhasiatkan ibarat untuk pengering, pemanas, / keperluan mamasak. Selain pribadi digunakan, energi kalor ini juga sanggup dikhasiatkan sebagai pembangkit listrik. Agar mempunyai efisisensi yg tinggi sering kali energi kalor ini dimafaatkan dalam sistem combine heat and power (CHP) di mana dalam sistem itu pekhasiatan panas secara pribadi & pembagkit listrik berada dalam satu sistem.
Seperti namanya, CHP terdiri dua fungsi yaitu kalor dipakai sebagi pemanas & pembangkit listrik. Energi kalor selain sanggup dikhasiatkan sebagai pemanas, energi ini juga sanggup dikhasiatkan untuk pendingin yg salah satunya adalah dengan menggunakan sistem refrigerasi absorpsi. Sistem yg mekhasiatkan energi kalor untuk pembangkit listrik, pemanas, & pendingin dinamakan Trigeneration / combine cooling, heat, and power (CCHP).
Sumber energi kalor untuk sistem CHP biasanya dalam bentuk pembakaran bahan2 bakar sehingga sanggup menghasilkan temperatur yg cukup tinggi. Bahan bakar yg dipakai sanggup mekhasiatkan baik bahan2 fosil / bahan2 bakar terbarukan ibarat biogas, biomass, dll. Untuk lebih jelasnya sanggup dilihat gambar di bawah ini.
Skema CCHP (sumber gambar Wikipedia)
Energi kalor dari pembakaran bahan2 bakar dipakai untuk pembangkit listrik terlebih dahulu. Pembangkitan listrik ini bisa, menggunakan siklus Rankine / siklus turbin gas sehingga memutar turbin. Tidak semua kalor dari pembakaran bahan2 bakar sanggup dikonversikan menjadi listrik. Pada sistem pembangkit listrik biasa yg mekhasiatkan energi kalor, sisa kalornya dibuang ke lingkungan. Pada sistem CHP, energi kalor sisa dari pembangkit listrik ini dikhasiatkan kembali untuk kebutuhan pemanas / pendingin.
Kalor buangan dari pembangkit listrik biasanya sanggup dipakai sebagsi sumber energi dalam sistem refrigerasi perembesan sehing pengaruh pendinginan sanggup dihasilkan. Efek pendinginan ini sanggup dikhasiatkan untuk sistem HVAC bangunan / lainnya. Selain untuk pendingin, sisa kalor dari pembangkit listrik juga dikhasiatkan sebagai pemanas, ibarat untuk boiler yg menghasilkan uap bertekanan & temperatur tinggi.
Pekhasiatan panas buangan ini sanggup meningkatkan efisiensi kalor. Pembangkit listrik biasa yg menggunakan watu bara / reaksi nuklir sebagai bahan2 bakar mempunyai efisiensi sekitar 33%. Dengan menggunakan sistem CHP distrubusi konversi dari kalor adalah sekitar 45 % listrik, 40% pemanas & pendingin, rugi kalor 13% & 2% rugi listrik. Ini artinya pekhasiatan kalor bisa, mencapai 85% dari energi kalor masukan.