Hambatan Panas (Thermal Resistance)

Oleh: Tri Ayodha Ajiwiguna


Hamabatan panas / thermal resistance sering kali dijumpai pada ketika menganalisa suatu hal yg berkaitan dengan perpindahan panas. Sebenarnya apa sih kendala panas itu?
Fenomena perpindahan panas merupakan suatu hal yg mungkin tidak sederhana untuk dimengerti. Untuk memudahkan klarifikasi dari fenomena ini biasanya analogi rangkaian listrik digunakan, khususnya ialah aturan Ohm dimana sanggup ditulis:






Dimana I ialah arus listrik, V ialah beda tegangan, & R ialah kendala listrik. Pada rumus di atas terlihat bahwa semakin besar beda tegangan maka makin besar arus yg mengalir, namun sebaliknya kalau kendala listrik makin besar maka arusnya makin kecil.

Fenomena perpindahan kalor menyerupai aturan Ohm ini. Besarnya arus listrik menganalogikan besarnya kalor yg berpindah setiap satuan waktu, beda tegangan menganalogikan perbedaan temperatur, & kendala listrik menganalogikan kendala panas. Oleh alasannya yaitu itu untuk perpindahan kalor sanggup ditulis sebagai berikut:






Dimana θ ialah kendala panas. Hambatan panas sanggup dihitung kalau ada isu mengenai bahan2 & dimensinya. Untuk perpindahan panas secara konduksi kita mengetahui bahwa:






Dimanak k ialah konduktifitas termal, A luas permukaan, & L ialah ketebalan benda. Persamaan ini sanggup kita tulis juga:





sehingga





Begitu pula dengan perpindahan panas secara konveksi, besarnya kendala panasnya:





Dimana h ialah koefisen konveksi dari perpindahan panas. 

Apa sih untungnya menggunakan analogi ini??

Banyak sekali kasus bahwa beberapa bahan2 disatukan menjadi satu kemudian dihitung laju fatwa kalornya. Sebagai teladan kalau ada dua bahan2 / lebih yg ditempelkan satu sama lain.


Kasus ini sanggup dengan gampang kita analisis dengan analogikan dengan rangkaian listrik. Pertama kita hitung kendala kalor masing-masing bahan2. Karena ini menyerupai rangkaian seri dari dua resistor maka untuk mengitung laju fatwa kalornya ialah perbedaan temperatur dibagi dengan total kendala kalornya. Yaitu:

Untuk kasus yg lebih rumit juga sanggup diselesaikan dengan cara ini. Contoh yg sering kali menggunakan konsep ini ialah menghitung berapa kalor yg masuk dari dindng luar ke dinding dalam sebuah bangunan. Dinding bangunan terdiri dari beberapa lapisan menyerupai cat-semen-batu bata- semen-cat. Jika telah diketahui isu yg diperlukan maka kita sanggup memperkirakan berapa kalor yg masuk dalam sebuah bangunan.

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :