IlmuDasarDanTeknik*_ Akhirnya ada waktu menulis blog lagi. Sebelum masuk dalam inti materi artikel kali ini, aku ingin para pembaca ilmu sederhana/dasar dan teknik memahami bahwa goresan pena kali ini merupakan salah satu materi dalam mata kuliah Perencanaan Jembatan, Teknik Sipil. Materi di bawah ini hanya lantaran kecil dari Isi mata Kuliah Perencanaan Jembatan, dan hanya berupa materi tertulis bukan pembahasan dalam bentu hitungan. Oke, Langsung saja ke materinya....
Dalam merencanakan jembatan dibutuhkan parameter untuk sanggup memilih tipe bangunan atas, bangunan bawah dan pondasi, lokasi/letak jembatan, material.
![]() |
Potongan jembatan (Sumadilaga, dkk., 2010) |
Umum
Secara Umum, Parameter dalam merencanakan perlu memperhatukan beberapa hal. Hal-hal yg mesti diperhatikan dalam merencanakan jembatan supaya sanggup terealisasi dengan baik.
Umur Rencana Jembatan
Umur planning jembatan stándar yaitu 50 tahun dan jembatan khusus yaitu 100 tahun. Umur planning untuk jembatan permanen minimal 50 tahun. Umur planning dipengaruhi oleh material/bahan.-bahan. jembatan dan agresi lingkungan yg mempengaruhi jembatan. Jembatan dengan umur planning lebih panjang harus direncanakan untuk agresi yg memiliki periode ulang lebih panjang. Hubungan antara periode ulang adalah:
D
Pr = 1 + (1 - 1 )
R
Pr = Kemungkinan bahwa agresi tertentu akan terlampaui paling sedikit sekali selama umur planning jembatan
D = Umur planning (tahun) 10.
R = Periode ulang dari agresi (tahun).
Hubungan antara periode ulang dan umur planning sanggup di lihat pada Tabel berikut.
Tabel 1. Hubungan antara periode ulang dengan umur rencana.
![]() |
Sumber :(Sumadilaga, dkk., 2010) |
Geometrik
Lebar jembatan ditentukan bersederhana/dasarkan kebutuhan kendaraan yg lewat setiap jam, makin ramai kendaraan yg lewat maka diharapkan lebar jembatan lebih besar.
Tabel 2. Penentuan lebar jembatan
![]() |
Sumber :(Sumadilaga, dkk., 2010) |
Untuk memperlihatkan keamanan dan kenyamanan bagi pemakai jembatan, maka lebar lantai jembatan ditentukan sbg berikut:
- Lebar jembatan minimum jalan nasional kelas A yaitu 1+7+ 1 meter, dan untuk kelas B yaitu 0,5 + 6,0 + 0,5 meter;
- Tidak boleh lebih kecil dari lebar jalan;
- Memenuhi standar lebar lajur kemudian lintas sebesar n (2,75 3,50 )m, dimana n = jumlah lajur kemudian lintas
Superelevasi/Kemiringan Lantai Jembatan
Kemiringan melintang lantai jembatan yaitu 2%. Kemiringan memanjang jembatan yaitu tanjakan atau turunan pada ketika melalui jembatan. Perbandingan kemiringan dari tanjakan serta turunan tersebut disyaratkan sbg berikut:
- Perbandingan 1:30 untuk kecepatan kendaraan > 90 km/jam.
- Perbandingan 1:20 untuk kecepatan kendaraan 60 s/d 90 km/jam.
- Perbandingan 1:10 untuk kecepatan kendaraan < 60 km/jam.
Jembatan pada ruas jalan nasional dengan kemiringan memanjang jembatan maksimum yaitu 1:20 atau 5%. Ketentuan tersebut di atas menyatakan bahwa semakin besar kecepatan kendaraan, maka semakin landai pula tanjakan atau turunan yg diberikan pada jembatan. Hal ini memang diberikan dengan tujuan supaya pada ketika kendaraan akan masuk ke tubuh jembatan kendaraan tersebut tidak "jumping", yg secara otomatis akan memperlihatkan beban kejut tumbukan vertikal pada struktur jembatan. Struktur jembatan tidak diperhitungkan terhadap beban tumbukan akhir jumping kendaraan. Jembatan hanya diperhitungkan menahan beban kejut kendaraan yg melaju.
Ruang Bebas Vertikal dan Horizontal
Ruang bebas yaitu jarak jagaan yg diberikan untuk menghindari rusaknya struktur atas jembatan lantaran adanya tumbukan dari benda-benda hanyutan atau benda yg lewat di bawah jembatan. Clearance (ruang bebas) vertikal diukur dari permukaan air banjir hingga batas paling bawah struktur atas jembatan. Besarnya clearance bervariasi, tergantung dari jenis sungai dan benda yg ada di bawah jembatan. Nilai ruang bebas di bawah jembatan (C) ditentukan sbg berikut:
- C = 0,5 m untuk jembatan di atas sungai pengairan;
- C = 1,0 m untuk sungai alam yg tidak membawa hanyutan;
- C = 1,5 m untuk sungai alam yg membawa hanyutan ketika Banjir;
- C = 2,5 m untuk sungai alam yg tidak diketahui kondisinya;
- C = 5,1 m untuk jembatan jalan layg;
- C ≥ 15 m untuk jembatan di atas maritim dan di atas sungai yg dipakai untuk alur pelayaran. jenis sungainya, jalan: 5 m, maritim 15 m).
Horizontal clearance ditentukan bersederhana/dasarkan fasilitas navigasi kapal ditentukan US Guide Specification, horizontal clearance minimum adalah:
- 2 – 3 kali panjang kapal rencana, atau
- 2 kali lebih besar dari lebar channel
![]() |
Clearance pada jembatan diatas selat / maritim / sungai yg dilewati kapal (Sumadilaga, dkk., 2010) |
![]() |
Clearance pada jembatan laying (Sumadilaga, dkk., 2010) |
Bidang permukaan jalan yg sejajar terhadap permukaan jembatan
Pemberian syarat bidang datar dari permukaan jalan yg menghubungkan antara jalan dengan jembatan dilsayakan untuk meredam energi akhir tumbukan dari kendaraan yg akan melewati jembatan. Bila hal ini tidak diberikan, dikhawatirkan akan berakibat pada rusaknya struktur secara perlahan – lahan akhir dari tumbukan kendaraan – kendaraan terutama kendaraan berat ibarat truk atau kendaraan berat lainnya.
Energi kejut yg diberikan pada strukur akan meruntuhkan struktur atas, ibarat gelagar dan juga lantai kendaraan. Tentu saja untuk menguranginya maka diberikan jarak berupa jalan yg datar mulai dari kepala jembatan sejauh minimum 5 meter ke arah jalan yg diberi struktur pelat injak untuk pembebanan peralihan dari jalan ke jembatan. Hal ini sanggup dilihat pada Gambar berikut.
![]() |
Potongan melintang jembatan (Sumadilaga, dkk., 2010) |
Untuk melindungi supaya kendaraan yg lewat jembatan dalam keadaan aman, baik serpihan kendaraan maupun barang bawaannya, maka tinggi bidang kendaraan ditentukan sebesar minimum 5 m yg diukur dari lantai jembatan hingga serpihan bawah balok pengsaya rangka serpihan atas (Top lateral bracing).
Lokasi dan Tata letak Jembatan
Lokasi jembatan menghindarkan tikungan di atas jembatan dan oprit. Perletakan jembatan dipengaruhi oleh pertimbangan – pertimbangan sbg berikut:
- Teknik (aliran sungai, keadaan tanah).Aliran air dan alur sungai yg stabil (tidak berpindah-pindah), tidak pada belokan sungai harus tegak lurus terhadap sungai, dan usahan di di berdiri pada bentang terpendek (lebar sungai terkecil).
- Sosial (tingkat kebutuhan lalulintas).
- Estetika (keindahan).
Untuk kebutuhan estetika pada kawasan tertentu/pariwisata sanggup berupa bentuk parapet dan railing, atau lebar jembatan sanggup dibentuk khusus atas persetujuan pengguna jasa.
![]() |
Sungai dan penampang sungai (Sumadilaga, dkk., 2010) |
Pada kawasan transisi atau kawasan perbatasan antara bukit dengan lembah fatwa sungai biasanya berkelok-kelok, lantaran terjadinya perubahan.-bahan. kecepatan air dari tinggi ke rendah, ini mengakibatkan bentuk sungai berkelok-kelok dan sering terjadi perpindahan alur sungai jikalau banjir datang. Untuk itu penempatan jembatan sedapat mungkin tidak pada fatwa air yg ibarat ini, lantaran jembatan akan cepat rusak jikalau dinding sungai terkikis air banjir, dan jembatan menjadi tidak berfungsi jikalau fatwa air sungai berpindah akhir banjir tersebut.
Pada sederhana/dasarnya, penentuan letak jembatan sedapat mungkin tidak pada belokan jikalau serpihan bawah dari jembatan tersebut terdapat fatwa air. Hal tersebut dilsayakan supaya tidak terjadi scouring (penggerusan) pada kepala jembatan, namun jikalau terpaksa dibentuk pada serpihan belokan sungai maka harus di berdiri bangunan pengaman yg sanggup berupa perbaikan dinding sungai dan perbaikan sederhana/dasar sungai pada serpihan yg mengalami scouring (penggerusan).
Penempatan jembatan diusahakan tegak lurus terhadap sungai, untuk mendapat bentang yg terpendek dengan posisi kepala jembatan dan pilar yg sejajar terhadap fatwa air. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gerusan pada pilar, yg akan mempengaruhi kinerja pilar jembatan. Bila scouring telah terjadi dikhawatirkan pilar yg seharusnya menopang struktur atas jembatan akan rusak sehingga secara otomatis akan merusak struktur jembatan secara keseluruhan.
Agar pembuatan jembatan lebih ekonomis, diusahakan mencari bentang yg terpendek diantara beberapa penampang sungai. Karakteristik lokasi jembatan yg ideal adalah:
- Secara geologis lokasi pondasi untuk kepala jembatan dan pilar harus baik.
- Batasan sungai pada lokasi jembatan harus jelas, jembatan diusahakan melintasi sungai secara tegak lurus.
- Bagian punggung atau pinggir harus cukup kuat, permanen dan cukup tinggi terhadap permukaan air banjir.
- Untuk mendapat suatu harga pondasi yg rendah, usahakan mengerjakan pekerjaan fondasi tidak di dalam air, lantaran pekerjaan fondasi dalam air mahal dan sulit.
- Penentuan bentang.
Bentang jembatan (L) yaitu jarak antara dua kepala jembatan. Sebagaimana sanggup dilihat pada Gambar berikut.
![]() |
Potongan memanjang jembatan (Sumadilaga, dkk., 2010) |
Material
Hal-hal yg mempengarui dalam material beton pada lantai jembatan dan elemen struktural bangunan atas lainnya memakai mutu beton minimal K-350, untuk bangunan bawah yaitu K-300 atau f’c yaitu 25 Mpa termasuk isian tiang pancang. Baja tulangan memakai BJTP 24 untuk D < 13, dan BJTD 32 atau BJTD 39 untuk D ≥ 13, dengan variasi diameter tulangan dibatasi paling banyak 5 ukuran.
Demikian goresan pena aku mengenai parameter yg perlu diperhatikan dalam merencanakan Jembatan. Semoga bermanfaat.