Pekhasiatan Energi Panas Matahari (Energi Solar Thermal) Untuk Sistem Pendingin

Oleh: Tri Ayodha Ajiwiguna



Energi panas matahari (Solar Thermal Energy) ternyata sanggup pula dipakai untuk sistem pendingin. Prinsip kerja dar sistem ini menggunakan sistem refrgerasi absorpsi. Pembahasan sistem refrigerasi peresapan sendiri telah dibahas di sini: Sistem Refrigerasi Absorpsi.
 
Jika dibandingkan dengan sistem refrigerasi kompresi uap (sistem yg umum dipakai ketika ini), sistem refrigerasi peresapan memang mempunyai koefisien kinerja (COP) yg jauh lebih rendah, namun sistem ini lebih unggul jikalau energi panas tersedia secara gratis menyerupai panas matahari / panas buangan sistem lain (contoh: panas buangan pembangkit listrik). 

Untuk mekhasiatkan panas matahari pada sistem ini, energi panas matahari harus diserap pada medium tertentu (biasanya dalam bentuk fluida) dengan menggunakan solar collector, kemudian energi panas ini ditransfer untuk dipakai pada generator. Medium yg dipakai sanggup berupa uap air panas (steam) / air panas. Panas (kalor) yg dimiliki oleh medium ini kemudian diberikan ke generator dengan menggunakan penukar kalor (heat exchanger).  Dengan mekhasiatkan panas matahari, maka energi listrik yg butuhkan hanyalah untuk keperluan pompa dimana konsumsi energinya jauh lebih kecil dari pada kompresor pada sistem refrigerasi kompresi uap.


Gambar 5. Sistem Refrigerasi Absorpsi menggunakan energi panas matahari

Pada gambar 5 terlihat siklus ABCD & BCEF sama dengan sistem refrigerasi peresapan yg sebelumnya. Perbedaan disini hanyalah mekhasiatkan panas matahari untuk keperluan generatornya. Pekhasiatan panas matahari ditunjukkan oleh siklus 1-2-3. Fluida (air) pada titik 1 dialirkan ke solar thermal collector untuk menyerap energi panas. Setelah keluar dari solar thermal collector, temperatur fluida tersebut menjadi tinggi (Titik 2). Kemudian fuida ini dialirka generator untuk mentransferkan energi kalornya dengan menggunakan penukaar kalor (haet exchanger).

Sistem Ammonia-air lebih rumit sebab sanggup mencapai temperatur dibawah titik beku air, ini artinya perlu ada sistem yg menjaga biar tidak ada uap air yg masuk ke dalam evaporator sehingga tidak terjadi kristal es yg sanggup menyumbat aliran. Disamping itu, temperatur generator yg diharapkan cukup tinggi yaitu 95 – 125 oC. Kelebihan sistem ini yakni sanggup mencapai temperatur yg sangat rendah yaitu dibawah titik beku air. Untuk sistem H2O-LiBr, generatornya sanggup menggunakan temperatur yg lebih rendah yaitu 70–90 oC & mempunyai koefisien kinerja (COP) yg sedikit lebih baik dari pada sistem Ammonia-air. Namun kelemahannya yakni temperatur pada evaporatornya tidak sanggup kurang dari 5 oC.

Beberapa penelitian perihal pekhasiatan panas matahari untuk keperluan sistem pendingin telah dilaporkan dalam jurnal.  Salah satunya yakni dengan memakai solar sollector  seluas 11 x 11 m2, sistem H2O-LiBr sanggup menghasilkan kapasitas pendinginan sebsesar 31 hingga dengan 72 kW.

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :